Sabtu, 22 Maret 2014

Pengertian dan Hakekat Keindahan


A. Pengertian dan Hakekat Keindahan
1. Pengertian Keindahan
            Keindahan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang, indah, tak ada cacat celanya, bersih, mulus, mempesona, sempurna, mengagumkan, lain dari yang lain, memiliki daya tarik, dan sebagainya. Itulah inti kesan tentang keindahan yang tercetus melalui desah ucapan; oh, alangkah indahnya.
            Dalam hukum keinfahan, keindahan itu sendiri relatif sifatnya, berubah-ubah, dan selalu disesuaikan atau ditentukan penilaiannya oleh dan dengan selera pengagum keindahan tersebut. Menurut si A, sesuatu lukisan itu indah, namun si A mengatakan lukisan itu tidak indah. Sejauh mana perbedaan pengamatan jurus pandang antara si A dan si B terhadap suatu lukisan?jawabannya ditentukan oleh selera masing-masing.
            Bahasan tentang pengertian keindahan terkait erat dengan visualitas dan perasaan. Dalam hal ini terdapat semacam gerak bersamaan secara refleks antara pandangan dan penglihatan dengan perasaan. Misalnya, sesuatu lukisan itu indah. Begitu mata melihat lukisan itu, otomatis perasaanpun turut terlibat spontan menyatakan indah.
            Laurence M. Gould mengutip pendapatnya Coleridge dalam Wukrnir dan Gopinathan sebagai berikut: keindahan adalah kesatuan dan keanekaan. Jika melihat adalah kesatuan, maka mungkin yang dimaksud adalah pengamatan, perasaan, pemikiran, dan penginderaan, pandangan serta sasaran tujuan, kepada objek yang dikatakan indah. Selanjutnya keanekaan, keindahan, mungkin juga yang dimaksud adalah berbagai macam bentuk keindahan yang tercakup di dalam sejumlah objek yang dikatakan indah.
            Dalam pengertian struktural pada garis besarnya keindahan terdiri dari keindahan alami dan keindahan non alami. Keindahan alami adalah keindahan yang diluar campur tangan manusia,misalnya keindahan sang surya menjelang senja terbenam di ufuk barat, indahnya kemilau air laut tersentuh cahaya bulan purnama di malam hari, kemilau titik-titik embun di pagi hari dan seterusnya.
            Campur tangan manusia terhadap keindahan alami memungkinkan hanya terjelma dalam bentuk karya seni (seni pahat). Karena lima keindahan alami adalah keindahan ciptaan maha pencipta, maka kemampuan manusia terbatas ada mengagumi sepanjang ia masih mengakui kebesaran dan keagungan maha pencipta.
            Keindahan alami tak dapat dipoles karena esens “indah” terletak didalam keindahan itu sendiri bukan diluarnya. Itulah sebabnya keindahan alami hanya terjangkau oleh kepekaan rasa yang mendalam, tak dapat dirubah dan berubah, kecuali oleh sifat alaminya sendiri. Misalnya dimalam hari langit yang cerah bertaburan bintang gemerlap sangat indah. Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan menebal pertanda hujan lebat akan turun. Itulah salah satu kemusykilan dari keindahan alami.
            Keindahan non alami adalah keindahan yang mengada dengan sengaja karena campur tangan manusia. Dari keindahan alami di transfer dalam bentuk keindahan non alami melalui kemampuan peniruan manusia. Dalam hal peniruan manusia itu selalu didukung oleh kekuatan imajinasi dan inspirasi, ketekunan, serta kemampuan daya serap sehingga menghasilkan suatu karya yang dapat mengalihkan wujud alami kedalam karya, (seni lukis), ritma-ritma dalam bentuk lagu (seni suara), susunan kata puitis (seni sastra) dan sebagainya.
            Walaupun tidak seasli keindahan alami yang sebenarnya, namun kemampuan manusia (para seniman) mentransfer keindahan alami ke dalam berbagai wahana seni, hal itu telah merupakan suatu reduplikasi kepuasan seni (the art of reduplication pleasures) didalam menghargai dan mengagumi serta menghayati keindahan alami sesuai aslinya.
            Keindahan non alami sebagai suatu fenomena, final estimasinya teresap didalam hasil karya sebagai reaksi dari meleburnya visi (pengamatan) dan penginderaan agar menghasilkan kesesuain yang terpadu atau kekmiripan yang persis antara keindahan alami dan keindahan non alami.
            Di sisi lain, keindahan non alami sifatnya tidak konstan, juga tidak mengandung keabadian, sehingga melahirkan sejumlah aliran dalam arena seni misalnya futurisme, dadaisme, eksperionisme, pluralisme, naturalisme, country,blues, rock, slow rock, dan sebagainya. Selain itu, keindahan non alami didominasi oleh pengkaryaan manusia sehingga menempatkan objek di dalam keindahan non alami dalam lingkup berbagai dimensi bercorak sektasis spektakuler.
            Hal inilah yang menyebabkan karya-karya seni corak serta motif lebih diwarnai sekaligus ditentukan oleh dan bersumber dari hasil inspirasi imajinatif si pengkarya, tanpa terikat oleh aturan-aturan yang sangat dipaksakan berasal dari kekuasaan atau tirani, misalnya lukisan bercorak karikatur puisi-puisi atau lagu-lagu bertema dan bernada ironis, terkadang sarkasis. Inilah salah satu kemampuan para seniman mentransfer keindahan alami ke dalam lingkup keindahan non alami.
2. Hakekat Keindahan
            Tentang hal tersebut, pasti akan menimbulkan pertanyaan: “apakah hakekat keindahan itu?” atau “dimanakah letak hakekat keindahan itu?”. Untuk menjawab pertanyaan yang dimaksud, terlebih dahulu dipahami pendapat para ahli mengenai pengertian keindahan seperti termaksud dalam kumpulan essay Mustopo ringkasnya sebagai berikut:
            Leo Tolstoy (Rusia), “keindahan itu adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat”. Alexander Baumgarten (Jerman), “keindahan itu dipandang sebagai keseluruhan yang merupakan susunan yang erat hubungannya dengan yang lain, juga dengan keseluruhan. (Beauty is on of parts in their manual realtions and in their relations to the whole)”.
            Menurut Sulzer, “yang indah itu hanyalah yang baik. Jika belum baik, ciptaan itu belum indah. Jadi ciptaan amoral adalah tidak indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral”. Winchelman, “keindahan itu dapat terlepas sama sekali daripada kebaikan “.
            Shallesbury (jerman),”keindahan itu adalah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena yang proporsinya harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah yang baik”.
            Menurut Humo (inggris), “keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang”. Hemsterhuis (belanda). “keindahan adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengamatan-pengamatan yang menyenangkan itu”. Menurut Emannuel Kant,”meninjau keindahan dari dua segi”.
            Pertama dari segi arti yang subjektif dan kedua dari segi objektif.
a)      Yang subyektif
Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
b)      Yang objektif
Keserasian dari suatu objek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh objek ini tidak ditinjau dari segi gunanya.
            Menurut Al-Ghazali, “keindahan mempunyai persyaratan”,seperti:
a)      Perwujudan dari kesempurnaan yang dapat dikenali kembali dan sesuai dengan sifatnya.
b)      Memiliki perfeksi yang karakteristik.
c)      Semua sifat pada sesuatu yang indah, merupakan representasi (mewakili) keindahan yang bernilai tinggi.
d)      Nilai keindahan dari sesuatu yang indah, sebanding dengan nilai keindahan yang terdapat di dalamnya.
e)      Dalam sebuah karangan (tulisan) harus memiliki sifat-sifat perfeksi yang khas,keharmonisan huruf-huruf, hubungan arti yang tepat satu sama lain, pelanjutan dan spasi yang tepat serta susunan kata dan kalimat yang menyenangkan.
f)       Syarat lain untuk keindahan adalah tercakupnya nilai-nilai spritual, moral, dan agama.

Sedangkan menurut Read, “keindahan itu dipandang sebagai gejala-gejala yang tidak tetap sifatnya”. Sarpertreit, perasaan dan keindahan sebagai gejala tak tetap sifatnya, maka manifestasinya juga tidak tetap wujudnya”. Sederetan pendapat para ahli tentang keindahan, selain isinya sangat bervariasi, juga makna terdalam tentang hakekat keindahan aksentuasinya berbeda-beda. Walaupun penentuan terakhir tentang keindahan selalu bertumpu pada 2 aspek, yaitu ada sesuatu yang indah misalnya benda dan ada yang melihat, mengamati, memandang, serta menghayati keindahan benda tersebut.
Oleh karena itu, hakekat keindahan yang paling esensial sangat ditentukan antara lain oleh:
a)      Rasa menyenangkan dan menimbulkan rasa senang.
b)      Adanya hubungan antara bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan sebagai suatu kesatuan di dalam suatu keseluruhan.
c)      Tercakup unsur kebaikan, sehingga dapat memupuk rasa kemoralan.
d)      Sebaliknya antara keindahan dan kebaikan tidak saling berhubungan namun memiliki keterdekatan. Karena intisari mutlak dari hakekat yang indah itu harus baik, mengandung, keharmonisan, nyata dan teraga, berguna serta lebih bermanfaat.
e)      Harus terkait dengan nilai-nilai spritual, moral dan agama walaupun keindahan itu tidak tetap sifatnya.
Berdasarkan rumusan-rumusan yang dikemukakan, disimpulkan bahwa hakekat keindahan itu terletak didalam keabadian dari keindahan itu sendiri. Walaupun cara mmandang, mengamati, menghayati sesuatu yang indah senantiasa ditentukan oleh alur pikiran dan perasaan masing-masing.
B. Kehalusan
            Dalam percakapan sehari-hari kata “kehalusan” digunakan untuk menilai sesuatu, utamanya benda atau material lainnya yang dapat dinilai dengan kata kehalusan. Pada sisi lain, motif kehalusan dapat pula berkenaan dengan penilaian terhadap tingkah laku, budi pekerti, perbuatan, cara membawa diri, tata krama, serta berbagai hal atau kondisi yang berkaitan dengan diri pribadi seseorang.
            Jika pembahasan tentang kehalusan lebih difokuskan pada masalah keindahan, maka uraiannya terkait dengan aneka ragam bentuk seni. Dalam hal ini hakekat dari keindahan senantiasa didukung oleh kehalusan. Sejauh mana bentuk kehalusan dalam suatu karya seni yang indah, hal itu sangat ditentukan oleh pengamat atau pemerhati seni.
           

Kehalusan dalam keindahan seni, keberadaanya berpangkal dari dalam diri, bukan dari luar. Maksudnya seluruh elemen potensial yang terdapat di dalam diri terhimpun menjadi satu, kemudian mencuat keluar dan bertumpu pada satu tujuan, bergerakkkan oleh indera pengamatan, penghayatan dan penjiwaan, termasuk indera fisik. Untuk selanjutnya dituangkan ke dalam realita karya seni dengan kelembutan sehingga menghaslikan suatu bentuk  yang halus, membangkitkan rasa keindahan, mempertebal iman dan takwa atas dasar pengkuan terhadap anugerah-Nya berkenaan denga kemampuan yang dimiliki dalam kajian pengkaryaan di bidang seni.
Identik dengan hal tersebut, Saripin menjelaskan bahwa:
Hasil seni. Yang diwujudkan oleh seseorang seniman,biasanya merupakan hasil dari suatu “ilham” yang merupakan penggila terhadap jiwanya. Hasil seni yang baik, tentulah merupakan hasil yang mampu membangkitkan rasa keindahan pada manusia sendiri mempertbal takwa serta iman kepada Tuhan Yang Maha Agung.
Oleh karena itu, hakekat kehalusan dalam suatu karya seni esensiya tak terlepas  dari hasil cetusan ilham, pangilan jiwa, terpadu dengan nilai ketakwaan dan keimanan sehingga menimbulkan rasa keidahan. Bahkan mungkin hal inilah merupaka salah satu kunci yang menyebabkan suatu hasil karya seni tak mudah dijiplak karena didalamnya dibuhul dan terikat oleh kekuatan-kekuatan tertentu yang berfungsi menekap berbagai elemen yang mendukung unsur kehalusan dari suatu hasil karya seni.
Kehalusan suatu karya seni selain harus menghasilkan daya tarik pengamatan yang cermat, dilain pihak untuk menyentuh inti saripati dari esensi kehalusannya harus digunakan dimensi pandangan jauh kedalam. Sehingga ditemukan inti saripati kehalusan yang hakiki di dalam suatu hasil karya seni, dan itulah keindahan.