A.
Pengertian dan Hakekat Keindahan
1.
Pengertian Keindahan
Keindahan biasanya diartikan sebagai
sesuatu yang, indah, tak ada cacat celanya, bersih, mulus, mempesona, sempurna,
mengagumkan, lain dari yang lain, memiliki daya tarik, dan sebagainya. Itulah
inti kesan tentang keindahan yang tercetus melalui desah ucapan; oh, alangkah
indahnya.
Dalam hukum keinfahan, keindahan itu
sendiri relatif sifatnya, berubah-ubah, dan selalu disesuaikan atau ditentukan
penilaiannya oleh dan dengan selera pengagum keindahan tersebut. Menurut si A,
sesuatu lukisan itu indah, namun si A mengatakan lukisan itu tidak indah.
Sejauh mana perbedaan pengamatan jurus pandang antara si A dan si B terhadap
suatu lukisan?jawabannya ditentukan oleh selera masing-masing.
Bahasan tentang pengertian keindahan
terkait erat dengan visualitas dan perasaan. Dalam hal ini terdapat semacam
gerak bersamaan secara refleks antara pandangan dan penglihatan dengan
perasaan. Misalnya, sesuatu lukisan itu indah. Begitu mata melihat lukisan itu,
otomatis perasaanpun turut terlibat spontan menyatakan indah.
Laurence M. Gould mengutip
pendapatnya Coleridge dalam Wukrnir dan Gopinathan sebagai berikut: keindahan
adalah kesatuan dan keanekaan. Jika melihat adalah kesatuan, maka mungkin yang
dimaksud adalah pengamatan, perasaan, pemikiran, dan penginderaan, pandangan
serta sasaran tujuan, kepada objek yang dikatakan indah. Selanjutnya keanekaan,
keindahan, mungkin juga yang dimaksud adalah berbagai macam bentuk keindahan
yang tercakup di dalam sejumlah objek yang dikatakan indah.
Dalam pengertian struktural pada garis
besarnya keindahan terdiri dari keindahan alami dan keindahan non alami.
Keindahan alami adalah keindahan yang diluar campur tangan manusia,misalnya
keindahan sang surya menjelang senja terbenam di ufuk barat, indahnya kemilau
air laut tersentuh cahaya bulan purnama di malam hari, kemilau titik-titik
embun di pagi hari dan seterusnya.
Campur tangan manusia terhadap
keindahan alami memungkinkan hanya terjelma dalam bentuk karya seni (seni
pahat). Karena lima keindahan alami adalah keindahan ciptaan maha pencipta,
maka kemampuan manusia terbatas ada mengagumi sepanjang ia masih mengakui
kebesaran dan keagungan maha pencipta.
Keindahan alami tak dapat dipoles
karena esens “indah” terletak didalam keindahan itu sendiri bukan diluarnya.
Itulah sebabnya keindahan alami hanya terjangkau oleh kepekaan rasa yang
mendalam, tak dapat dirubah dan berubah, kecuali oleh sifat alaminya sendiri.
Misalnya dimalam hari langit yang cerah bertaburan bintang gemerlap sangat
indah. Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan menebal pertanda hujan lebat akan
turun. Itulah salah satu kemusykilan dari keindahan alami.
Keindahan non alami adalah keindahan
yang mengada dengan sengaja karena campur tangan manusia. Dari keindahan alami
di transfer dalam bentuk keindahan non alami melalui kemampuan peniruan
manusia. Dalam hal peniruan manusia itu selalu didukung oleh kekuatan imajinasi
dan inspirasi, ketekunan, serta kemampuan daya serap sehingga menghasilkan
suatu karya yang dapat mengalihkan wujud alami kedalam karya, (seni lukis), ritma-ritma
dalam bentuk lagu (seni suara), susunan kata puitis (seni sastra) dan
sebagainya.
Walaupun tidak seasli keindahan
alami yang sebenarnya, namun kemampuan manusia (para seniman) mentransfer
keindahan alami ke dalam berbagai wahana seni, hal itu telah merupakan suatu
reduplikasi kepuasan seni (the art of reduplication pleasures) didalam
menghargai dan mengagumi serta menghayati keindahan alami sesuai aslinya.
Keindahan non alami sebagai suatu
fenomena, final estimasinya teresap didalam hasil karya sebagai reaksi dari
meleburnya visi (pengamatan) dan penginderaan agar menghasilkan kesesuain yang
terpadu atau kekmiripan yang persis antara keindahan alami dan keindahan non
alami.
Di sisi lain, keindahan non alami
sifatnya tidak konstan, juga tidak mengandung keabadian, sehingga melahirkan
sejumlah aliran dalam arena seni misalnya futurisme, dadaisme, eksperionisme,
pluralisme, naturalisme, country,blues, rock, slow rock, dan sebagainya. Selain
itu, keindahan non alami didominasi oleh pengkaryaan manusia sehingga
menempatkan objek di dalam keindahan non alami dalam lingkup berbagai dimensi
bercorak sektasis spektakuler.
Hal inilah yang menyebabkan
karya-karya seni corak serta motif lebih diwarnai sekaligus ditentukan oleh dan
bersumber dari hasil inspirasi imajinatif si pengkarya, tanpa terikat oleh
aturan-aturan yang sangat dipaksakan berasal dari kekuasaan atau tirani,
misalnya lukisan bercorak karikatur puisi-puisi atau lagu-lagu bertema dan
bernada ironis, terkadang sarkasis. Inilah salah satu kemampuan para seniman
mentransfer keindahan alami ke dalam lingkup keindahan non alami.
2.
Hakekat Keindahan
Tentang hal tersebut, pasti akan
menimbulkan pertanyaan: “apakah hakekat keindahan itu?” atau “dimanakah letak
hakekat keindahan itu?”. Untuk menjawab pertanyaan yang dimaksud, terlebih
dahulu dipahami pendapat para ahli mengenai pengertian keindahan seperti
termaksud dalam kumpulan essay Mustopo ringkasnya sebagai berikut:
Leo Tolstoy (Rusia), “keindahan itu
adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat”.
Alexander Baumgarten (Jerman), “keindahan itu dipandang sebagai keseluruhan
yang merupakan susunan yang erat hubungannya dengan yang lain, juga dengan
keseluruhan. (Beauty is on of parts in their manual realtions and in their relations
to the whole)”.
Menurut Sulzer, “yang indah itu
hanyalah yang baik. Jika belum baik, ciptaan itu belum indah. Jadi ciptaan
amoral adalah tidak indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral”.
Winchelman, “keindahan itu dapat terlepas sama sekali daripada kebaikan “.
Shallesbury (jerman),”keindahan itu
adalah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena yang proporsinya harmonis
itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Yang indah
adalah yang nyata dan yang nyata adalah yang baik”.
Menurut Humo (inggris), “keindahan
adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang”. Hemsterhuis (belanda).
“keindahan adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah
yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan
pengamatan-pengamatan yang menyenangkan itu”. Menurut Emannuel Kant,”meninjau
keindahan dari dua segi”.
Pertama dari segi arti yang
subjektif dan kedua dari segi objektif.
a) Yang subyektif
Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa
sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si
penghayat.
b) Yang objektif
Keserasian dari suatu objek terhadap tujuan yang
dikandungnya, sejauh objek ini tidak ditinjau dari segi gunanya.
Menurut Al-Ghazali, “keindahan mempunyai
persyaratan”,seperti:
a) Perwujudan dari kesempurnaan
yang dapat dikenali kembali dan sesuai dengan sifatnya.
b) Memiliki perfeksi yang
karakteristik.
c) Semua sifat pada sesuatu yang
indah, merupakan representasi (mewakili) keindahan yang bernilai tinggi.
d) Nilai keindahan dari sesuatu
yang indah, sebanding dengan nilai keindahan yang terdapat di dalamnya.
e) Dalam sebuah karangan
(tulisan) harus memiliki sifat-sifat perfeksi yang khas,keharmonisan
huruf-huruf, hubungan arti yang tepat satu sama lain, pelanjutan dan spasi yang
tepat serta susunan kata dan kalimat yang menyenangkan.
f) Syarat lain untuk keindahan
adalah tercakupnya nilai-nilai spritual, moral, dan agama.
Sedangkan menurut Read, “keindahan itu dipandang
sebagai gejala-gejala yang tidak tetap sifatnya”. Sarpertreit, perasaan dan
keindahan sebagai gejala tak tetap sifatnya, maka manifestasinya juga tidak
tetap wujudnya”. Sederetan pendapat para ahli tentang keindahan, selain isinya
sangat bervariasi, juga makna terdalam tentang hakekat keindahan aksentuasinya
berbeda-beda. Walaupun penentuan terakhir tentang keindahan selalu bertumpu
pada 2 aspek, yaitu ada sesuatu yang indah misalnya benda dan ada yang melihat,
mengamati, memandang, serta menghayati keindahan benda tersebut.
Oleh karena itu, hakekat keindahan yang paling
esensial sangat ditentukan antara lain oleh:
a) Rasa menyenangkan dan
menimbulkan rasa senang.
b) Adanya hubungan antara
bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan sebagai suatu kesatuan di dalam suatu
keseluruhan.
c) Tercakup unsur kebaikan, sehingga
dapat memupuk rasa kemoralan.
d) Sebaliknya antara keindahan
dan kebaikan tidak saling berhubungan namun memiliki keterdekatan. Karena
intisari mutlak dari hakekat yang indah itu harus baik, mengandung,
keharmonisan, nyata dan teraga, berguna serta lebih bermanfaat.
e) Harus terkait dengan
nilai-nilai spritual, moral dan agama walaupun keindahan itu tidak tetap
sifatnya.
Berdasarkan rumusan-rumusan yang dikemukakan,
disimpulkan bahwa hakekat keindahan itu terletak didalam keabadian dari
keindahan itu sendiri. Walaupun cara mmandang, mengamati, menghayati sesuatu
yang indah senantiasa ditentukan oleh alur pikiran dan perasaan masing-masing.
B.
Kehalusan
Dalam percakapan sehari-hari kata
“kehalusan” digunakan untuk menilai sesuatu, utamanya benda atau material
lainnya yang dapat dinilai dengan kata kehalusan. Pada sisi lain, motif
kehalusan dapat pula berkenaan dengan penilaian terhadap tingkah laku, budi
pekerti, perbuatan, cara membawa diri, tata krama, serta berbagai hal atau
kondisi yang berkaitan dengan diri pribadi seseorang.
Jika pembahasan tentang kehalusan
lebih difokuskan pada masalah keindahan, maka uraiannya terkait dengan aneka
ragam bentuk seni. Dalam hal ini hakekat dari keindahan senantiasa didukung
oleh kehalusan. Sejauh mana bentuk kehalusan dalam suatu karya seni yang indah,
hal itu sangat ditentukan oleh pengamat atau pemerhati seni.
Kehalusan dalam keindahan seni, keberadaanya
berpangkal dari dalam diri, bukan dari luar. Maksudnya seluruh elemen potensial
yang terdapat di dalam diri terhimpun menjadi satu, kemudian mencuat keluar dan
bertumpu pada satu tujuan, bergerakkkan oleh indera pengamatan, penghayatan dan
penjiwaan, termasuk indera fisik. Untuk selanjutnya dituangkan ke dalam realita
karya seni dengan kelembutan sehingga menghaslikan suatu bentuk yang halus, membangkitkan rasa keindahan,
mempertebal iman dan takwa atas dasar pengkuan terhadap anugerah-Nya berkenaan
denga kemampuan yang dimiliki dalam kajian pengkaryaan di bidang seni.
Identik dengan hal tersebut, Saripin menjelaskan
bahwa:
Hasil seni. Yang diwujudkan oleh seseorang
seniman,biasanya merupakan hasil dari suatu “ilham” yang merupakan penggila
terhadap jiwanya. Hasil seni yang baik, tentulah merupakan hasil yang mampu
membangkitkan rasa keindahan pada manusia sendiri mempertbal takwa serta iman
kepada Tuhan Yang Maha Agung.
Oleh karena itu, hakekat kehalusan dalam suatu karya
seni esensiya tak terlepas dari hasil
cetusan ilham, pangilan jiwa, terpadu dengan nilai ketakwaan dan keimanan
sehingga menimbulkan rasa keidahan. Bahkan mungkin hal inilah merupaka salah
satu kunci yang menyebabkan suatu hasil karya seni tak mudah dijiplak karena
didalamnya dibuhul dan terikat oleh kekuatan-kekuatan tertentu yang berfungsi
menekap berbagai elemen yang mendukung unsur kehalusan dari suatu hasil karya
seni.
Kehalusan suatu karya seni selain harus menghasilkan
daya tarik pengamatan yang cermat, dilain pihak untuk menyentuh inti saripati
dari esensi kehalusannya harus digunakan dimensi pandangan jauh kedalam.
Sehingga ditemukan inti saripati kehalusan yang hakiki di dalam suatu hasil
karya seni, dan itulah keindahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar